Perjalanan Zikir Menuju Ketenangan Hati

Cetak

Zikir merupakan amalan spiritual yang sangat penting dalam Islam. Salah satu ciri utama zikir yang menyentuh hati adalah hilangnya pemberontakan terhadap takdir Allah, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Dengan mengenal perjalanan zikir menuju ketenangan hati, Anda bisa lebih memahami bagaimana zikir mampu menghadirkan ketentraman dalam jiwa.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram (QS. Ar-Ra’d [13]: 28).

Al-Qur’an menggambarkan kedekatan antara zikir dan ketenangan hati ibarat jari telunjuk dan jari tengah. Di sini Al-Qur’an menggunakan kaidah ijaz, yaitu menyampaikan esensi panjang bicara ini secara singkat namun mendalam.

Fase Perjalanan Zikir Menuju Ketenangan Qalbu

Perjalanan dari zikir menuju ketenangan qalbu bukanlah hal yang instan. Bahkan murid, khalifah, atau mursyid di dalam zawiyah thariqah pun belum tentu tiba di tahap ketenangan qalbu saat berzikir. Berikut fase penting yang harus ditempuh oleh seorang salik dalam amalan zikirnya:

1. Zikir Menerangi Qalbu (إِذَا ذُكِرَ نُوِّرَ)

Ketika seseorang berzikir, qalbu atau hatinya akan mendapat cahaya penerang. Cahaya ini bisa menyala, redup, atau bahkan padam. Pelita qalbu ini menjadi bekal awal dalam perjalanan spiritual. Dengan terus berzikir, cahaya qalbu semakin menyala dan siap membawa pada maqam berikutnya.

2. Zikir Mendekatkan Qalbu kepada Allah  (إِذَا نُوِّرَ قُرِّبَ)

Saat cahaya qalbu seorang salik sudah menyala secara konsisten, maka ia masuk ke maqamqurriba”. Pada saat ini, zikir akan membawa seorang salik ke nuansa dekat kepada Allah. Orang yang didekatkan disebut dengan muqarrab.

Pada tingkat ini, seseorang akan merasakan muraqabah sehingga ia lebih menjaga sikapnya. Muraqabah ibarat kecenderungan menjaga sikap, perilaku dan image-nya di depan orang dekat karena ingin menutupi aibnya.

Adapun muraqabah kepada Allah sejatinya adalah merasa Allah senantiasa mengawasinya, melihat kesalahan di dalam dirinya, lalu menegur dan membuatnya dan segera bertaubat kepada Allah.

3. Zikir Membawa Seseorang Bercakap-cakap dengan Rabb-Nya  (إِذَا قُرِّبَ حُدِّثَ)

Apabila seorang salik sudah didekatkan, ia akan sampai pada perjalanan berikutnya, yaitu diajak bercakap-cakap oleh Allah.

Namun, adakalanya sebelum seseorang mencapai maqam berdialog dengan Allah, ia akan bertemu dan bercakap-cakap dengan ruhani para guru, ulama, dan wali terdahulu di alam ruhaninya.

Apakah alam ruhani itu ada? Alam ruhani tidak mustahil keberadaannya menurut akal atau rasio. Allah mempunyai sifat jaiz yang konsekuensinya berupa kekuasaan untuk berbuat apa saja kepada makhluk. Allah berkuasa mempertemukan ruhani orang yang hidup dengan ruhani para ulama yang telah wafat.

Salah satu dalil terkuat untuk hal ini adalah perjalanan Isra Mi’raj. Dalam perjalanan Isra, Rasulullah mengimami 124.000 Nabi di Baitul Maqdis. Ini menandakan bahwa ruhani para nabi dan orang-orang shaleh pada hakikatnya hidup.

Dalil lainnya terdapat dalam firman Allah:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ

Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya (QS. Ali Imran [3]: 169).

“Hudditsa” atau bercakap-cakap dengan Allah adalah maqam para Al-Auliya Al-Muhaddatsun (Para wali Allah yang diajak bercakap-cakap dengan-Nya).

4. Zikir Membawa Ruhani Masuk ke Hadrah Rububiyah (وَإِذَا حُدِّثَ أُدْخِلَ)

Setelah melalui maqam “hudditsa”, seorang salik akan naik ke maqam selanjutnya yaitu Allah ajak ke Hadrah Rububiyyah.

Sebelum berada di maqam Hadrah Rububiyyah, maqam Hudditsa adalah interogasi terhadap seorang salik agar ia pantas masuk ke Hadrah Rububiyah Allah. Sebagaimana seseorang yang akan bepergian ke luar negeri, ia akan diinterogasi di bagian imigrasi untuk menentukan kelayakannya memasuki negara yang ia tuju.

5. Zikir Membuat Hamba Fana’ dalam Wujud Allah (وَإِذَا أُدْخِلَ غَابَ)

Pada maqam ini, seseorang akan kehilangan kediriannya dan hanya ada Allah di dalam dunianya. Dalam kondisi ini cinta seseorang telah menyatu dalam cinta kepada Allah.

6. Zikir Menghadirkan Ketenangan Qalbu (وَإِذَا غَابَ اطْمَأَنَّ)

Saat kedirian seorang salik sudah lenyap, ia hanya akan melihat eksistensi Allah, lalu muncul keyakinan bahwa wujud hakiki hanya milik Allah. Dalam kondisi inilah seseorang akan sampai kepada ketenangan hati.

Rasulullah menyebutkan mengenai orang-orang yang sudah sampai ke maqam ini dalam sabdanya:

الَّذِينَ إِذَا رُؤُوا ذُكِرَ اللَّهُ

Yaitu orang yang apabila dilihat, maka otomatis akan mengingatkan untuk berzikir kepada Allah (Al-Adab Al-Mufrad no. 323).

Orang yang telah sampai pada maqam ketenangan qalbu ini dapat membuat hati orang lain berzikir hanya dengan melihatnya.

Perjalanan zikir menuju ketenangan qalbu adalah proses spiritual bertahap yang memerlukan kesungguhan dan ketekunan. Dari cahaya qalbu, mendekati Allah, bercakap dengan-Nya, hingga fana’ dalam wujud-Nya, semua merupakan tingkatan yang membawa seseorang kepada kedamaian batin sejati.

Disarikan dari kajian kitab Al-Anwar Al-Qudsiyyah karya Imam Sya’rani yang diampu oleh Buya Ashfi Bagindo Pakiah. Simak kajian lengkapnya di sini.

Share

Sign Up Newsletter

Dapatkan informasi, berita dan konten terbaru RNH hanya untuk Sahabth, di sini

Terkait

Join our newsletter and get 20% discount
Promotion nulla vitae elit libero a pharetra augue