Bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadan memiliki kaitan erat satu sama lain. Ketiga bulan ini mempunyai kemuliaan masing-masing.
Syekh Sayyid Muhammad Bin ‘Alawi Al Maliki menulis di dalam kitabnya yang berjudul “Maadza fii Sya’ban” bahwa bulan Rajab ialah bulan takhalli, bulan Sya’ban ialah bulan tahalli, dan bulan Ramadan sebagai bulan tajalli.
Bulan Takhalli
Bulan takhalli yaitu pembersihan atau pengosongan qalbu, jiwa, akal, dan diri kita dari selain Allah. Proses takhalli diwujudkan dengan bertaubat dari segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan, seperti dosa-dosa berupa perbuatan syirik, hasad, dan penyakit hati lainnya.
Setelah itu, hamba memohon ampunan Allah dan rahmat-Nya agar hamba dijadikan orang-orang yang berhati selamat (salaamatu as shadr).
Bulan Tahalli
Adapun bulan tahalli dimaknai dengan bulan berhias. Ini diibaratkan dengan sebuah gelas yang berisi air keruh yang akan diisi dengan air jernih. Sebelum mengisi dengan air jernih, tentu air yang keruh tersebut harus dibuang terlebih dahulu.
Air keruh ibarat dosa dan maksiat yang telah dilakukan, sedangkan air jernih yang dimaksud ialah usaha-usaha hamba untuk berbuat ketaatan.
Sebelum menghiasi diri dengan ketaatan, seseorang harus mentaubati dosa-dosanya terlebih dahulu. Setelah itu, barulah ia menghiasi dirinya dengan akhlaqul karimah (akhlak terpuji).
Proses tahalli ini tentu tidak dapat tercapai kecuali dengan pertolongan Allah dengan mengandalkan fi’il-Nya. Dalam proses ber-tahalli, tugas hamba adalah berikhtiar, memohon dan meminta kepada Allah dengan wasilah Rasulullah.
Bulan Tajalli
Setelah melewati bulan Rajab dan Sya’ban, sampailah hamba kepada bulan Ramadan yang merupakan bulan tajalli. Bulan ini adalah waktu di mana hamba sudah siap memandang keindahan-keindahan Allah Swt; yaitu memandang fi’il, asma, dan sifat-Nya, serta memandang rahmat Rasulullah Saw.
Sayyid Muhammad Bin ‘Alawi Al Maliki menulis kitab yang khusus membahas tentang bulan Sya’ban, yaitu berjudul Madza fii Sya’ban. Di dalam kitabnya, beliau menulis bahwa bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena kebaikan yang melimpah tersebar di bulan tersebut.
Bulan Sya’ban juga merupakan bulan yang sangat istimewa karena ia adalah bulan persiapan menyambut kedatangan bulan Ramadan yang agung.
Usaha Mengagungkan Sya’ban
Kita dapat ikut serta mengagungkan keistimewaan bulan ini dengan mengiisinya dengan usaha-usaha berikut:
Pertama, mulai bertaubat
Mengutip dari kalam Imam Ibnu ‘Arabi bahwa taubat adalah suatu maqam (kedudukan) amal saleh yang tidak boleh luput dari seorang mukmin. Kewajiban bertaubat berlaku setiap saat, apa pun maqam seorang hamba.
Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah Saw. kepada umat, meskipun beliau adalah sebaik-baik hamba Allah dan selalu terhindar dari aib dan kesalahan (ma’shum), Jika Rasulullah Saw. saja senantiasa bertaubat dan beristighfar, bukankah kita yang sering luput dari lalai dan dosa ini lebih butuh kepadanya?
Rukun taubat ada tiga; 1) rasa menyesal terhadap maksiat yang pernah dilakukan, 2) berhenti dari perbuatan maksiat atau keburukan yang telah dilakukan, 3) dan ada tekad untuk tidak melakukannya kembali.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa bertaubat membutuhkan ilmu, yaitu ilmu terkait hal-hal yang diharamkan atau yang mengundang murka Allah.
Kedua, beribadah sebagai upaya melakukan ketaatan-ketaatan, yaitu dengan membiasakan diri untuk melakukan amalan baik secara zhahir maupun batin. Dalam proses ini, seseorang perlu berupaya (mujahadah an-nafs).
Mujahadah an-nafs adalah membentengi diri dari jeratan hawa nafsu dan bisikan setan. Caranya adalah dengan menghidupkan zikir, qiyam al-lail (salat malam), ziarah ke makam Rasulullah Saw., umrah, dan melakukan amalan-amalan saleh lainnya.
Semoga kita dapat memanfaatkan bulan Sya’ban sebaik-baiknya, dan menyambut Ramadan dengan penuh kesiapan untuk memandang keindahan Allah dan Rasul-Nya. Aamiin.