24 Jam Bersama Nabi Muhammad SAW, Mungkinkah?

Cetak
24 Jam Bersama Nabi Muhammad

Pertanyaan di atas sebenarnya adalah pertanyaan kerinduan dari seorang perindu kepada sosok yang ia rindukan, yaitu Baginda Rasulullah ﷺ. Terlepas apakah jawabannya mungkin atau tidak, yang jelas siapa pun yang mempertanyakan hal tersebut atau terlintas di alam bawah sadarnya, maka wajib hukumnya bagi kita untuk berbaik sangka bahwa ia adalah seorang pecinta, yang di dalam qalbunya terdapat nur kecintaan terhadap Sang Nabi ﷺ. Mereka bukanlah seorang yang sedang berkhayal apalagi berhalusinasi. Keinginan 24 jam bersama Nabi Muhammad ﷺ itu adalah luapan rasa ingin berjumpa dan selalu bersama dengan Sang Kekasih Allah SWT.

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu terlebih dahulu menjawab pertanyaan ini. “Apakah Nabi Muhammad ﷺ masih hidup sampai hari in? Atau beliau sudah meninggal dan sama sekali tidak mempunyai relasi apa-apa dengan umatnya?”

Apakah Baginda ﷺ Hidup Hingga Saat Ini?

Syekh Yusri Rusydi Jabr Al-Hasani Al-Azhari, seorang ulama dan mursyid Thariqah Syadziliyyah Yusriyyah di al-Azhar Mesir, pernah menyindir sebagian muslim yang berpandangan bahwa Nabi Muhammad ﷺ itu hanyalah seorang nabi yang diangkat menjadi rasul ketika berumur 40 tahun. Lalu beliau bertugas selama kurang lebih 23 tahun menyampaikan risalah kenabiannya dan akhirnya meninggal dunia di usia 63 tahun dengan menitipkan Al-Qur’an dan Hadis sebagai warisan ajarannya. Syekh Yusri menyampaikan ini dalam salah satu khutbahnya.

Selain itu, lanjut Syekh Yusri, kelompok ini juga beranggapan bahwa Nabi Muhammad ﷺ tidak mempunyai relasi apa-apa lagi dengan kita hari ini, kecuali hanya sekedar seorang tokoh yang perjuangan dan ajarannya harus diikuti, yaitu dengan cara kembali kepada dua warisan utama yang beliau tinggalkan tadi, yaitu Al-Qur’an dan Sunah-Sunahnya.

Pandangan ini menurut hemat beliau adalah pandangan yang suul adab (tidak beradab), kalau tidak menyebutnya sebagai pandangan yang keliru ataupun sesat-menyesatkan. Mengapa? Karena sejatinya Nabi Muhammad ﷺ sudah menjadi nabi jauh sebelum beliau dilahirkan ke atas dunia ini. Beliau bahkan sudah menjadi Nabi sebelum Nabi Adam as. diciptakan. Dalil-dalil yang menyatakan fakta ini sangat banyak dan tidak terbantahkan.

Status Kenabian Baginda Rasulullah ﷺ

Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi al-Maliki al-Hasani menyampaikan hal senada dalam salah satu karyanya, Mafahim Yajibu An Tushahhah. Beliau menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah makhluk pertama yang Allah ciptakan jauh sebelum penciptaan Nabi Adam as. Beliau bahkan lebih dahulu dari langit, bumi, ‘arsy dan semua makhluk yang ada.

Demikian pula dengan statusnya sebagai Nabi. Status itu akan terus abadi dan berlanjut sampai beliau lahir ke dunia, pada saat “diproklamirkan” menjadi Rasul di usia 40 tahun, hatta pasca wafatnya di umur 63 tahun, beliau tetap dan akan selalu menjadi Nabi Utusan Allah Swt. Artinya, hingga hari ini Nabi ﷺ tetap dengan status tersebut sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Dengan demikian, pertanyaan apakah Nabi Muhammad ﷺ masih hidup hingga sekarang terjawab sudah, yaitu beliau masih dan akan selalu hidup sampai kapan pun tanpa ada batasan waktu yang mengikatnya. Beliau adalah Nabi, baik sebelum adanya alam semesta ini ataupun setelah hancur dan berakhirnya alam ini. Sebagaimana beliau punya pengaruh sebelum terlahir ke atas dunia ini, maka seperti itu juga beliau akan dan selalu mempunyai pengaruh, hatta setelah beliau wafat sekalipun. Karena sejatinya yang wafat dari beliau hanyalah tubuh/fisiknya saja, sedangkan ruh dan maqam kenabiaannya akan selalu hidup dan membersamai umat manusia. Mana dalilnya? Banyak sekali, insyaAllah akan kita tuliskan dalam tulisan tersendiri.

Bisakah 24 Jam Bersama Nabi Muhammad ﷺ?

Setelah memahami hal ini, lantas bagaimana dengan pertanyaan pertama dari tulisan ini? Apakah mungkin kita hari ini 24 jam bersama Nabi ﷺ? Jawabannya adalah bisa dan sangat mungkin. Baik kebersamaan yang bersifat maknawiyah (bukan fisik) ataupun kebersamaan yang bersifat lahiriah (fisik). Begitu pula kebersamaan yang berwujud lewat pertemuan di alam mimpi ataupun perjumpaan di alam nyata (bukan mimpi/terbangun). Pun sama halnya kebersamaan yang berbentuk ringannya tubuh melaksanakan ajaran-ajaran beliau secara tekun dan istikamah atau kebersamaan yang terekspresikan melalui rasa rindu yang begitu mendalam untuk selalu bersama-sama dengannya. Semua itu masuk dalam makna “bersama” Rasulullah ﷺ.

Hanya saja masing-masing kita mendapat jatah yang berbeda-beda dalam menikmati kebersamaan tersebut, tergantung kepada kehendak Allah Swt. Ada yang mendapat anugerah bisa berjumpa dan selalu bersama-sama Rasulullah ﷺ secara fisik, ada yang mendapatkannya lewat mimpi. Ada juga yang mendapatkanntya lewat ekspresi ringannya fisik mengerjakan sunah-sunah beliau. Pun ada yang merasakan rindu yang tidak tertahankan, dan lain sebagainya. Semua itu adalah semata-mata anugerah dan pemberian Allah Swt., bukan dari hasil usaha pribadi kita. Tentunya sebagai hamba Allah Swt, kita harus ridha dan menerima apapun pemberian-Nya sembari selalu berbaik sangka kepada-Nya. Allahu A’lam

Share

Sign Up Newsletter

Dapatkan informasi, berita dan konten terbaru RNH hanya untuk Sahabth, di sini

Terkait

Join our newsletter and get 20% discount
Promotion nulla vitae elit libero a pharetra augue