Imam Syafii adalah salah satu ulama fikih yang terkenal dengan kezuhudannya. Beliau tidak hanya masyhur dengan kedalaman pemahaman dalam agama, tetapi juga kesalehan dan konsistensinya mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan.
Suatu hari, Imam Syafii bermalam di rumah salah satu muridnya, Imam Ahmad ibn Hanbal. Setibanya di rumah, Imam Ahmad menjamu Imam Syafii dengan menghidangkan makanan dan minuman. Tak disangka, Imam Syafii makan dengan lahap dan porsi yang banyak. Padahal, beliau terkenal makan sedikit dan banyak bangun di malam hari untuk beribadah atau belajar.
Anak Imam Ahmad terheran-heran melihat tingkah guru ayahnya itu. Ini seolah bertolak belakang dengan berita yang ia dengar selama ini. Tak puas, sang anak memutuskan untuk mengintai Imam Syafii malam itu.
Setelah jamuan makan, mereka mempersilahkan Imam Syafii untuk beristirahat di kamar. Anak Imam Ahmad pun diam-diam mengintip ke kamar Imam Syafii. Ia melihat sang Imam sudah berbaring di alas tidurnya.
Anak Imam Ahmad begadang semalam suntuk untuk melihat ibadah Imam Syafii di malam hari. Pagi harinya, ia kembali menghadap ayahnya dengan raut wajah heran dan bertanya-tanya.
”Wahai ayah, aku sudah menunggu semalaman untuk melihat ibadah Imam Syafii, tetapi beliau hanya tidur hingga menjelang subuh dan melaksanakan shalat witir di akhir malam. Bukankah seorang ulama seharusnya menyedikitkan makan dan banyak beribadah di malam hari?”
Imam Ahmad tersenyum kepada anaknya. “Bagaimana kalau kita tanyakan langsung kepada beliau?” Tukas Imam Ahmad.
Saat sarapan, Imam Ahmad menyampaikan kegundahan anaknya kepada sang Imam. Imam Syafii mendengarkan dengan seksama, lalu tersenyum. Beliau tidak marah.
Makan Banyak dan 70 Hukum dalam Semalam
“Aku mengetahui bahwa di antara semua orang di negeri ini, ayahmulah yang paling wara’. Maka aku yakin bahwa makanan yang ada di rumah ini pasti halal. Oleh karena itu aku makan banyak kemarin. Makanan yang halal dan dibacakan basmalah akan menyehatkan tubuh dan menghidupkan qalbu. Sebaliknya, makanan yang haram atau syubhat akan mematikan qalbu”, Imam Syafii menjelaskan alasan makan dengan porsi yang banyak di hari sebelumnya.
“Adapun semalam, aku tidak tidur. Setelah berbaring, sebuah ayat terlintas di benakku dan aku memaknainya hingga dini hari, dan aku menemukan 70 hukum agama dari ayat tersebut,” penjelasan Imam Syafii membuat anak itu terdiam.
Sang anak takjub dan merasa kagum dengan jawaban Imam Syafii. Ia mendapatkan pelajaran baru dari percakapan pagi itu.
Sumber: Kajian kitab al-Luma’ bersama Abuya Arrazy Hasyim.